JAKARTA (TABIRkota) – Maraknya serbuan barang impor dari Cina serta penurunan daya beli masyarakat, membuat sebagian industri plastik di Indonesia terancam Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara massal.
Menurut Ketua Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas), Fajar Budiono, faktor utamanya memang barang jadi dari impor terlalu banyak serta daya beli lagi kurang bagus.
“Saat ini pabrik plastik nasional sudah mulai mengurangi jam produksinya, walaupun belum ada pabrik yang tutup” ujarnya di Jakarta, dilansir dari cnbcindonesia.com, Sabtu (14/9).
Ia mengatakan, pabrik plastik hilir merupakan industri padat karya, di mana industri tersebut menyerap banyak tenaga kerja.
“Sehingga, apabila terjadi penutupan pabrik maka dampaknya akan terjadi PHK massal, seperti yang terjadi di industri tekstil,” katanya.
Ia menambahkan, mulai sekarang pemerintahan Presiden terpilih, Prabowo Subianto mulai mempersiapkan strategi atau kebijakan yang pro terhadap industri agar tidak tertinggal momentum pemulihan di Januari – Februari menjelang puasa dan Idul Fitri.
“Jangan sampai kelamaan mengambil kebijakan karena siklus supply dan demand sedang naik turun, sementara saat ini PMI (Purchasing Managers’ Index, red) industri plastik nasional sudah di bawah 50 persen” tambahnya.
Pemerintah diharapkan segera mengambil kebijakan pro aktif untuk melindungi industri lokal dari serbuan impor, karena tanpa langkah cepat, PHK massal di sektor plastik bisa terjadi hingga memperburuk kondisi ekonomi nasional. (zr)