50 Pegiat Seni di Kalsel Ikuti Pelatihan Tata Iringan Pertunjukan Tari dan Teater Berbasis Musik Tradisi Banjar

“Selama dua hari, peserta dituntun memahami prinsip dasar struktur musik pengiring, hubungan gerak dan bunyi, hingga menyusun iringan fragmen karya tari dan teater”

50 peserta pelatihan tata iringan pertunjukan tari dan teater berbasis musik tradisi Banjar (foto: TABIRkota/ferian sadikin)

BANJARMASIN (TABIRKota) – Sebanyak 50 pegiat seni di Kalimantan Selatan (Kalsel) mengikuti pelatihan tata iringan pertunjukan tari dan teater berbasis musik tradisi Banjar, di Panggung Rampa Taman Budaya Kalsel, Kota Banjarmasin pada Kamis (11/9) lalu.

Ketua Pelaksanan Pelatihan, Novyandi Saputra mengatakan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari Program Dosen Wajib Mengabdi (PDWA).

“50 peserta terdiri dari seniman muda, mahasiswa dan pegiat seni yang tergabung di Sanggar Bahana Antasari Banjarmasin,” katanya, di Kota Banjarmasin, Sabtu (13/9).

Program PDWA tersebut, ujarnya, digagas oleh Dosen Seni Pertunjukan, Novyandi Saputra, M Budi Zakia Sani, Sumasno Hadi dan Edlin Y Nugrahaeni dibantu Mahasiswa Pendidikan Seni Pertunjukan, yakni Arifin serta Arminah.

“Program tersebut juga bagian dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) untuk memperkuat kapasitas seniman lokal dalam menyusun tata iringan pertunjukan tari dan teater, khuusnya pada kekayaan musik tradisi Banjar,” ujarnya.

Beberapa dekade terakhir, terjadi penurunan kapasitas generasi muda dalam memahami dan menyusun iringan pertunjukan berbasis lokal, pelatihan tersebut merupakan ruang yang menjembatani pengetahuan tradisi dengan praktik kreatif generasi sekarang.

Selama dua hari pelaksanaan, peserta mendapat materi teori dan praktik dari akademisi seni pertunjukan dan praktisi musik tradisi Banjar.

Peserta diajak memahami prinsip dasar struktur musik pengiring, hubungan gerak dan bunyi, hingga menyusun iringan fragmen karya tari dan teater.

Novyandi Saputra menambahkan, kegiatan tersebut menekankan kolaborasi antara penari, aktor dan pemusik untuk menciptakan tata iringan yang selaras dengan dramaturgis.

“Pasca kegiatan, peserta juga mendapatkan pendampingan daring selama satu bulan untuk mengembangkan karya iringan yang telah dirancang,” tambahnya.

Program tersebut bukan sekadar pelestarian seni tradisi, tetapi sejalan dengan semangat kampus berdampak terhadap masyarakat lebih luas dan adanya pelibatan mahasiswa dalam proses pendampingan, dokumentasi hingga pengorganisasian.

Melalui kegiatan tersebut, diharapkan terbentuk ekosistem pembelajaran berkelanjutan dalam bidang seni pertunjukan di Kalsel, sekaligus memperkuat posisi musik tradisi Banjar sebagai identitas Kultural yang relevan dengan zaman. (fer)

TABIRkota

Dari Banua Untuk Dunia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Jadi Nara Sumber Talkshow Adaro Spectapreneur 6.0, Wabup Tabalong Akui Perkembangan UMKM Meningkat

Sab Sep 13 , 2025
"salah satu upaya yang dilakukan Pemkab Tabalong dalam mendorong kemajuan UMKM adalah melalui program kredit permodalan"

You May Like

HUT TABIRkota 3 Tahun

TABIRklip