
Oleh: Muhammad Ferian Sadikin
TETES embun mengalir di sela daun talas, riuh nanyian burung bersahutan seakan membuka cakrawala. Muhammad Kevin Pratama Arianto mengayun langkah kecilnya menyusuri jalan setapak untuk membantu orang tuanya “manurih” atau menyadap karet.
Sambil bernyanyi riang, ia menuntun adik kecilnya. Senyumnya merekah ketika sampai di pondok kecil milik sang Ayah di Desa Sumber Rejeki, Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan (Kalsel), perlahan tangan mungilnya mengambil korek api untuk menyalakan “karungkung” atau tempat telur untuk mengusir nyamuk.
Mimpi Kevin tertancap dari gancu (alat sadap karet, red), ia dengan telaten menggores sedikit demi sedikit pohon karet, berharap getah yang keluar mampu membawa keinginannya untuk menjadi CEO Adaro.

“Ulun (saya, red) melihat Adaro telah banyak membantu anak-anak Indonesia, hanya dengan satu seragam ini, berjuta harapan akan segera terukir,” Kevin menceritakan mimpinya.
Tekadnya sudah bulat. Kevin ingin anak-anak sebayanya punya mimpi dan masa depan yang cerah jika ia suatu saat memimpin Adaro, baginya, perusahan batu bara itu menjadi motivasi untuk terus mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar.
“Saya sudah kelas enam SD, kalau orang tua sanggup membiayai akan melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi, syukur-syukur jika nanti ada beasiswa,” harap Kevin.

Bukan tanpa alasan, keinginan Kevin menjadi orang nomor satu di PT Adaro Indonesia berawal dari seragam merah putih yang melekat di tubuhnya, bantuan dari perusahaan tambang ternama itu.
PT Adaro Indonesia mengembangkan program unggulan bertajuk “satu seragam sejuta harapan” untuk mewujudkan harapan generasi muda dan sebagai bentuk kepedulian terhadap dunia pendidikan.
Program itu menjadi prioritas untuk wilayah operasi Adaro, seperti Kalsel, Kalimantan Tengah, Sumatera dan Jakarta sebagai persembahannya untuk Negeri yang digelar serentak dengan total 8.000 paket seragam sekolah gratis.
Masing-masing anak mendapatkan paket berupa dua stel seragam nasional merah putih, satu stel seragam pramuka, lima pasang kaos kaki, satu ransel, satu paket alat tulis dan satu goodie bag berisi sepatu.
“Semua itu berawal dari kegelisahan pihak Adaro melihat “wajah” pendidikan di Indonesia. Ribuan anak di pedesaan harus rela membenamkan mimpinya untuk melanjutkan pendidikan, salah satu factor utamanya karena tidak memiliki seragam,” Presiden Direktur (Presdir) PT Adaro Indonesia, Priyadi menjelaskan dengan mata berkaca.
Bagi Priyadi, seragam adalah suatu identitas, maka Adaro semaksimal mungkin ikut terjun dalam membantu pemerintah dalam peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang pendidikan. Dimulai dari tingkat sekolah dasar.
“Di Kabupaten Balangan, kami membagikan 2.504 paket seragam untuk 46 sekolah di wilayah ring satu Adaro, sedangkan di Kabupaten Tabalong 2.542 seragam untuk 39 sekolah,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia 2022 lalu, persentase anak di pedesaan sebesar 14,79 persen atau 15 dari 100 anak terkalsifikasi berasal dari keluarga pra sejahtera.
Bagai gayung bersambut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Balangan yang merasa terbantu oleh program tersebut, “memeluk” hangat niat baik PT Adaro Indonesia yang turut andil merias wajah pendidikan di Bumi Sanggam (sebutan lain untuk Balangan, red).
Bupati Balangan, H Abdul Hadi mengatakan, program tersebut sejalan dengan visi misinya untuk meningkatkan SDM generasi Bumi Sanggam agar semakin bergairah mengukir prestasi di dunia pendidikan.
“Ulun (saya, red) yakin dengan seragam bantuan Adaro, anak-anak di Balangan lebih bergairah untuk menuntut ilmu di bangku sekolah, terlebih pendidikan saat ini menjadi prioritas Pemkab Balangan,” katanya.
Tiga tahun belakangan, Pemkab Balangan memperbaiki sekolah-sekolah dari yang tidak layak menjadi layak, tenaga pendidik ikut disejahterakan dan kepala sekolah juga mendapatkan motor baru sebagai penunjang kinerja di dunia pendidikan.
Untuk upgrade kemampuan Bahasa inggris guru, Pemkab Balangan juga membangun kerja sama dengan Cambridge University di London dengan menerbangkan sekitar 100 guru untuk belajar di sana selama beberapa bulan.
“Tahun ini juga 3.200 pemuda yang berdomisili di Balangan sedang menikmati program kuliah gratis, tentunya tersebar di berbagai universitas seluruh penjuru Negeri,” ujar Abdul Hadi menceritakan pencapaian Pemkab Balangan.
30 calon sarjana juga telah dilepas Abdul Hadi untuk terbang ke Australia dan 15 orang melanjutkan magister di Inggris dalam rangka mencetak sarjana dan calon pemimpin Balangan yang berwawasan Internasional.
Diharapkan PT Adaro Indonesia dengan Corporat Social Responsibility (CSR) mereka dapat membantu percepatan pembangunan dan akselerasinya dalam dunia pendidikan, khususnya di Kabupaten Balangan.
Sementara Kepala Sekolah SDN Juai, Jurjani menambahkan, sebagai ujung tombak pendidikan yang hampir purna tugas merasa terharu dengan bantuan Adaro Indonesia, apalagi setelah melihat senyum bahagia dari peserta didiknya.
“Dengan adanya seragam sekolah gratis, tidak ada alasan lagi bagi muridnya untuk tidak bersekolah, tentunya saya berharap anak-anak tetap rajin belajar, baik di rumah atau sekolah,” tambahnya.
Kepedulian Adaro Indonesia terhadap dunia pendidikan di daerah terpencil telah berhasil merubah paradigma masyarakat tentang pendidikan dan menunjukkan sektor swasta pun juga berperan dalam mewujudkan cita-cita anak bangsa.
Kini, meskipun dari desa dan menggantungkan hidup pada “gancu”, bermodalkan merah putih yang melekat di tubuh Kevin menjadikan motivasinya untuk terus bersekolah serta menggapai mimipinya menjadi CEO Adaro. (fer)