YUSTINA, perempuan paruh baya itu sudah menanti kami di depan Kantor Pambakal (Kepala Desa) Ribang, Kecamatan Muara Uya, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan (Kalsel). Hari itu, Rabu (3/4), kami beruntung akan diajak Yustina untuk melihat langsung bagaimana perjuangan para “pahlawan lingkungan” di Ribang dalam mengelola sampah.
Tiba di Ribang, sebuah desa kecil diantara hijau pepohonan yang asri di Muara Uya, kami dikenalkan dengan para penggerak Bank Sampah yang anggotanya didominasi para “emak-emak” hebat. Diantaranya, Pambakal Ribang, Sri Utari dan Direktur Bank Sampah setempat, Nurhasanah yang memiliki segudang inovasi dalam menyulap sampah menjadi barang bernilai guna.
Berdasarkan data kependudukan 2019, Ribang dihuni 1.909 jiwa penduduk yang dari jumlahnya, sebenarnya belum bisa dikatakan padat namun memiliki tantangan serius dalam pengelolaan sampah.
“Sampah menjadi prioritas kami untuk ditangani,” Pambakal Ribang, Sri Utari memulai kisah.
Kesadaran akan bahaya sampah bagi lingkungan, mendorong lima “emak-emak” di Ribang untuk menginisiasi pembentukan bank sampah yang “ditasmiyahi” atau diberi nama Bank Sampah Ribang Bersinar.
Langkah tersebut, meski terlihat sederhana, namun ternyata memiliki dampak besar yang mampu mengubah paradigma warga desa setempat terhadap pengelolaan sampah. Sehingga kemudian, dukungan pun mengalir dari berbagai pihak, seperti Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tabalong melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat.
Bahkan, perjuangan para pahlawan lingkungan dari Ribang tersebut mendapat perhatian khusus dari perusahaan pertambangan batu bara nasional, PT Adaro Indonesia yang memberikan dukungan terhadap Bank Sampah Ribang Bersinar dalam mengatasi masalah lingkungan.
“Perjuangan kami dimulai dari 2020 dengan 12 pengurus di Bank Sampah Ribang Bersinar yang terdiri dari sepuluh perempuan dan dua laki-laki,” ujar Nurhasanah.
Para pengurus yang didominasi “emak-emak” itu, dengan penuh perjuangan memilah sampah pada setiap pekan.
“Kami berkegiatan dua kali dalam seminggu. Satu hari pemilahan, hari lainnya penimbangan keliling,” Nurhasanah tersenyum mengingat perjuangan mereka.
Pemilahan sampah yang dilakukan cukup menghasilkan. Hingga saat ini, rata-rata hasil pilah sampah mencapai 416 kilogram perbulan. Dengan pendapatan dari penjualan sampah ke pengepul dan iuran pengambilan sampah sebesar Rp1,1 juta perbulan.
Meski dengan jumlah pengurus yang terbatas, tidak menyurutkan semangat para pahlawan lingkungan dari Ribang itu untuk mengolah sampah. Terbukti kemudian, prestasi berhasil mereka raih.
“Tahun pertama kami meraih prestasi sebagai Bank Sampah Terbaik Dalam Pelayanan dan Administrasi,” Yustina sumbringah saat bercerita.
Empat tahun berdiri, Bank Sampah Ribang Bersinar telah mengalami banyak perubahan. Dari yang awalnya berkegiatan secara swadaya, hingga akhirnya mendapat dukungan penuh dari pihak terkait.
Kesadaran masyarakat juga telah meningkat secara signifikan. Dulu mereka harus berjuang keras untuk mengajak warga memilah sampah, namun sekarang hampir semua turut serta dalam menjaga lingkungan.
Adanya kegiatan penjualan dan inovasi produk dari sampah, seperti eco-brick serta tas-tas kreatif, juga memberikan manfaat ekonomi bagi warga setempat.
“Kami meningkatkan kreativitas dengan membuat berbagai macam tas dari kemasan plastik. Ada ransel, tas belanja, hingga tas selempang,” Yustina menjelaskan.
Tak hanya sampah plastik, mereka juga memanfaatkan minyak jelantah menjadi lilin aroma terapi dan membuat eco-enzim yang bermanfaat bagi petani dalam memupuk tanaman.
“Karena sebagian besar mata pencaharian penduduk Ribang adalah petani,” tambah Yustina.
Dengan segala inovasi dan upaya yang telah di lakukan, Bank Sampah Ribang Bersinar berhasil meraih berbagai penghargaan, termasuk penghargaan Sasangga Banua.
Dibalik prestasi gemilang tersebut, kesadaran masyarakat menjadi kunci utama. Warga dengan suka rela membayar pengangkutan sampah yang hasilnya dimasukkan sebagai Pendapatan Asli Desa (PAD). Dengan semboyan “Sampahku adalah Tanggung Jawabku,” menjadi pedoman bagi warga Ribang dalam menjaga lingkungan tetap asri dan lestari.
Kisah para pahlawan lingkungan dari Ribang tersebut adalah cerminan dari perjuangan yang tak kenal lelah dalam menjaga kelestarian bumi.
Bertepatan dengan Hari Bumi kali ini, perjuangan para pahlawan lingkugan dari Ribang dapat menjadi inspirasi dan berkomitmen untuk turut serta menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk masa depan yang lebih baik. (adv/ra)