Mengenang Didi Gunawan; “The Truly” Wartawan

“Almarhum adalah tipe wartawan lapangan dan instingtif serta sebagai wartawan senior, sehingga layaklah Didi Gunawan sebagai wartawan dalam artian sebenar-benarnya (truly)”

Alm Didi Gunawan (foto: TABIRkota/ist)

Penulis: Nasrullah

“Profesi wartawan itu adalah profesi yang mulia, jangan sampai dinilai profesi yang ecek-ecek, dianggap orang sebelah mata.” (Didi Gunawan, 21 Desember 2022)

BERPULANGNYA Bang Didi Gunawan, selain meninggalkan duka mendalam di kalangan jurnalis Kallimantan Selatan, juga meninggalkan satu pertanyaan, pelajaran apa yang didapatkan selama kenal hidup almarhum terutama terkait dengan profesinya sebagai wartawan?

Ada dua hal yang ingin saya ungkapkan, yakni Bang Didi adalah tipe wartawan lapangan dan instingtif serta sebagai wartawan senior sehingga layaklah Bang Didi Gunawan sebagai wartawan dalam artian sebenar-benarnya (truly).

Penulis (kemeja biru muda) bersama alm Didi Gunawan (t shirt dan topi hitam) dalam sebuah kegiatan diskusi (foto: TABIRkota/ist)

Wartawan Lapangan dan Instingtif

BANG Didi Gunawan sekalipun sebagai pemimpin redaksi, ia tak segan melakukan liputan ke lapangan. Hal ini karena dia adalah tipe jurnalis lapangan dan instingnya kuat untuk menangkap sesuatu yang bernilai berita.

Kami yang tergabung dalam Hapakat, Dialog Merawat Kebakumpaian acapkali mengundangnya melakukan liputan. Bang Didi Gunawan selalu hadir sebagai peliput yang dugaan saya karena kecintaannya pada budaya lokal untuk terus diangkat melalui pemberitaan.

Ketika diskusi berlangsung, Bang Didi benar-benar menempatkan diri sebagai seorang wartawan yang meliput pemberitaan. Ia diam mendengarkan, menyimak, mencerna, memahami dan mencatat pembicaraan diskusi.

Ia tak sedikitpun ikut campur dalam diskusi tersebut, sekalipun kami mengakui kapasitas kemampuannya, apalagi dia sangat faham soal Bakumpai baik secara pengalaman maupun dari bacaan buku-buku klasik. Itulah sebabnya, saya menolak secara halus ketika seorang yang baru beberapa tahun sebagai wartawan, menawarkan dirinya untuk diundang dan terlibat berdiskusi.

Pada saat diskusi berlangsung, ketika ada wartawan lain yang jauh lebih muda, ia sama sekali tidak merasa jumawa dengan kapasitasnya sebagai seorang wartawan senior apalagi pemimpin umum Jejakrekam.com sebagai salah satu media on line yang pertama di Kalimantan Selatan. Bang Didi Gunawan memang totalitas menempatkan dirinya sebagai seorang wartawan.

BACA JUGA :  Tiga Figur Realistis Pilkada Tabalong, Siapa yang Kuat?

Lebih lanjut, sebagai seorang wartawan, insting Bang Didi Gunawan benar-benar terasah untuk mencium potensi berita yang bernilai (news value). Misalnya ketika saya menulis status di akun facebook, dia acap kali menelpon dan meminta agar status tersebut dikembangan menjadi artikel lengkap atau sebagai bahan berita.

Agaknya hal itu tidak hanya pada diri saya semata, sebab ada beberapa pemberitaan muncul dari percakapan WhatsApp Grup yang Bang Didi Gunawan menjadi anggota grup tersebut.

Wartawan Senior

Sebagai seorang wartawan senior terutama pemimpin redaksi Jejakrekam.com, Bang Didi Gunawan berorientasi pada kualitas berita. Selain itu, ia turut andil dalam menjaga kualitas pemberitaan baik di medianya maupun pengalaman di lapangan sekaligus menyuarakan keprihatinan terhadap produk jurnalistik yang berada di level sampah.

Pertama, untuk menjaga kualitas berita, ia tentu saja mengedit berbagai berita yang masuk ke meja redaksi terutama berita-berita politik. Pengalamannya yang puluhan tahun melakukan liputan politik dengan akibat yang membuatnya jatuh bangun, justru mengasah kemampuannya menjadi diperhitungkan. Oleh sebab itulah, tidak jarang turun naik  suhu politik di Kalimantan Selatan disebabkan oleh berita yang lahir dari tangan dinginnya.

Terkadang peristiwa politik tersebut hanya peristiwa biasanya saja, tetapi kejelian Bang Didi Gunawan melihat dari sudut pandang berbeda, membuat orang terkejut setelah membaca beritanya karena tidak terfikirkan sebelumnya.

Bang Didi Gunawan seringkali mengatakan, ada kalanya berita politik tidak segera diterbitkan karena harus dilengkapi dengan data baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Hal ini ditunjang dengan kegemaran Bang Didi Gunawan terhadap bacaan sejarah, membuatnya dengan mudah membentangkan benang merah dengan peristiwa sebelumnya.

BACA JUGA :  Fenomena Gunawan, Rumah Singgah, Kehadiran Negara dan Keluarga

Dalam hal ini, Bang Didi Gunawan menempatkan diri sebagai wartawan senior selain pada posisi strukturalnya sebagai pemimpin  redaksi juga kualitas berita yang ditayangkannya. Dengan kata lain, untuk melihat seorang wartawan layak dianggap senior lihatlah pada karyanya baik berita ataupun produk jurnalistik lainnya.

Kedua, sebagai wartawan senior, Bang Didi Gunawan tentu memiliki dua hal yang saling berpilin, yakni jaringan dan kepercayaan. Semuanya didapatkannya tidak secara instan tahunan saja, tetapi belasan bahkan pun puluhan tahun atau seusia dalam karier kewartawannya.

Dua hal tersebut, agaknya tidak disadari seseorang yang baru menapaki karier kewartawanan, sehingga kadang dengan tergesa-gesa untuk keluar dari institusi media tempat bekerja lalu mendirikan media baru.

Sekalipun membuat media baru di zaman ini tidak sesulit di masa Orde Baru, tetapi daya survival media itu, lagi-lagi dua di antaranya ditentukan oleh jaringan yang dimiliki serta kepercayaan public atau setidaknya para pemangku kepentingan.

Ketiga, keprihatinan terhadap produk jurnalistik. Bagi Bang Didi Gunawan yang tak segan melakukan liputan termasuk ke salah satu ibukota kabupaten yang berjarak puluhan kilometer dari kota Banjarmasin, jaringan dan kepercayaan itu merupakan pamungkas saja.

Suatu hari, dia mendatangi salah satu kantor lembaga penegak hukum untuk menemui pimpinannya. Staf resepsionis beralasan pimpinan sedang sibuk rapat, sehingga Bang Didi Gunawan harus rela menunggu berjam-jam tanpa kepastian.

Sampailah kesabaran penantian ada batasnya, ia pun menghubungi atas pemimpin itu. Tak lama kemudian, sang Pimpinan itu langsung keluar dan menghampiri Bang Didi Gunawan sekaligus menyampaikan permintaan maaf karena telah mengabaikannya. Ternyata pimpinan salah satu Lembaga hukum itu menganggap Bang Didi Gunawan hanya sekedar wartawan dalam asumsinya sebagai pencari berita tapi tidak ada berita yang terbit.

BACA JUGA :  "Bagung jadi Raja"

Seturut dengan hal tersebut, Bang Didi Gunawan melihat pandangan pimpinan salah satu Lembaga penegak hukum tersebut sebagai otokritik baginya sebagai pemimpin redaksi dan juga sangat mengapreasiasi ketika saya mengemukakan berita di Kabupaten Barito Kuala (Batola) bertabur sampah jurnalistik (“Prihatin Produk Jurnalistik Beredar di Batola”, Jejakrekam.com 19 November 2022).

Atas hal itu, Bang Didi Gunawan turut berkomentar “Profesi wartawan itu adalah profesi yang mulia, jangan sampai dinilai profesi yang ecek-ecek, dianggap orang sebelah mata. Jadi berhati-hatilah ketika membuat berita, wartawan itu tidak hanya ketika punya modal bisa beli website, lalu mengaku punya media. Buat kartu pers di percetakan, namun produk jurnalistik yang dihasilkan itu tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada publik, itu yang paling penting,” (“Produk Sampah Jurnalistik Jadi ‘Sorotan’ AJI Biro Banjarmasin Minta Pers Kembali Pada Kaidah Jurnalistik”, Kanalkalimantan.com, 21 Desember 2022).

Penutup

Berpulangnya Bang Didi Gunawan pada 19 April 2024, bukan hanya membebaskannya dari sakit komplikasi tetapi tunai sudah janji baktinya sebagai seorang wartawan sejati.

Semoga setiap huruf yang diketiknya, setiap kata, setiap kalimat yang disusunnya hingga setiap paragraph yang menjadi berita adalah amal jariyah yang terus menerus mengalir meringankan siksa kubur dan mengundang para bidadari menemaninya kelak di jannatul firdaus. Alfatihah.

Penulis: Nasrullah
Pengajar Prodi Pendidikan Sosiologi ULM, sedang menempuh tugas belajar pada S3 Antropologi Fakultas Ilmu Budaya UGM. Tinggal di Banjarmasin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Revitalisasi Cagar Budaya Benteng Tundakan di Balangan Tertunda

Sel Apr 23 , 2024
"Revitalisasi, renovasi dan perbaikan cagar budaya Benteng Tundakan terpaksa tertunda dari rencana semula karena masih terkendala masalah hibah dari desa"

You May Like

TABIRklip