BARABAI (TABIRkota) — Sanggar Ading Bastari dari Barikin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan (Kalsel) pentaskan wayang kulit banjar di Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Musthofa, Tabalong pada 14 dan 15 Juni lalu.
Koordinator Tim Wayang Kulit Ading Bastari, Lupi Anderiani mengatakan, selama ini belum pernah ada ponpes yang mengundang pagelaran wayang kulit Banjar.
“Pertama kalinya wayang kulit Banjar masuk ponpes dan ide itu muncul dari pengasuh ponpes Nurul Musthofa Tabalong, KH Ahmad Sanusi Iberahim atau Abah Guru Jaro,” katanya di Barabai, Ibu Kota HST, Arba (18/6).
Sebelum pertunjukan, ujarnya, pihaknya terlebih dahulu menceritakan filosofi wayang kulit Banjar kepada para santri dan santriwati.
“Wayang kulit Banjar dulunya adalah media dakwah, mulai dari penggambaran kehidupan, alam semesta, baik dan buruknya perilaku manusia,” ujarnya.
Ia menambahkan,peristiwa yang tergambar dalam pertunjukan wayang kulit Banjar itu semuanya diatur oleh sang Dalang.
“Begitu juga alam semesta beserta isinya sudah ada yang mengatur, yakni sang pencipta,” tambahnya.
Melalui kegiatan tersebut, diharapkan dapat mengembalikan marwah kesenian wayang kulit Banjar sebagai warisan budaya yang adiluhung atau mulia.
Karena sebagian masyarakat atau ulama saat ini menganggap wayang itu syirik dan segala macamnya.
Sebelumnya, Ponpes Nurul Musthofa Tabalong berkolaborasi dengan Kesultanan Banjar mengundang pelaku seni wayang kulit Banjar untuk tampil di pesantrennya.
Wayang kulit Banjar tersebut dimainkan oleh Dalang Radimansyah atau Diman, sedangkan para penabuh gamelannya dari Sanggar Ading Bastari Barikin dan Sanggar Asam Rimbun Pantai Hambawang. (fer)
