Begini Iman Menjawab Problem Hidup

(ilustrasi: TABIRkota/artificial intelligence)

Oleh: Kadarisman

ANGIN berhembus pelan di padang tandus. Seorang perempuan memeluk bayinya. Di kejauhan, seorang pria mulai melangkah pergi. Dengan air mata ditahan.

Perempuan itu mendekati pria yang merupakan suami dan ayah dari anaknya yang masih bayi. . Dengan suara bergetar sang perempuan berkata lirih: “Ke mana pian hendak tulak? Purunkah pian meninggalkan ulun dan anak yang pian selalu rindukan kehadirannya di tempat seperti ini, di tempat yang sunyi, tanpa pohon, tanpa air, tanpa satu pun manusia?”

Pria itu hanya diam. Tidak menyahuti. Seolah dia bisu. Orang bilang pria tidak bercerita. Diam baginya adalah penjelasan bagi.

“Aku batakun, namun engkau diam. Tak sebatikpun pun kau ucapkan, ” cecar, isterinya.
Pria itu terus berjalan, menahan air mata hingga perempuan yang bernama Siti Hajar memanggil penuh iba.

“Wahai Nabiyullah, Ibrahim apakah ini perintah dari Allah?
” Iya,” Jawab Ibrahim.

Siti Hajar menunduk, lalu menghela napas dalam dan berkata penuh keyakinan. “Jika begitu…Allah takkan pernah menyia-nyiakan kami, aku dan Ismail. Berangkatlah wahai kekasih Allah, kekasihku.

Air mata Siti Hajar yang tadi barubuian langsung mengering. Kegalauan hatinya sirna. Ketakutannya akan dari mana rezeki mereka tanpa Ibrahim berubah jadi ketenangan. Ketika iman menjawab tantangan kehidupan, maka tak lagi ada kesedihan. Keimanan adalah solusi segalanya, dan segalanya akan hadir dengan caranya dengan tenang.

Dalam perspektif energi kuantum, setiap niat kebaikan dan keyakinan memancarkan frekuensi. Iman adalah gelombang energi tertinggi yang mempengaruhi realitas di sekitarnya.

Saat seseorang benar-benar beriman, ia tidak hanya berserah, tetapi juga mengaktifkan medan energi positif yang sinkron dengan semesta.

Itulah mengapa dalam pengurbanan, ketulusan menjadi kekuatan dahsyat: ia menggetarkan semesta, membuka jalan yang tampak mustahil, dan mengundang pertolongan yang tak terlihat.

Maka pengurbanan sejati bukan kehilangan, tapi transformasi—mengubah rasa sakit dan penderitaan menjadi cahaya, kehilangan menjadi kelimpahan. Dalam ruang batin yang penuh iman, segalanya menjadi mungkin, bahkan saat dunia terlihat runtuh.

Keimanan mengandung ketenangan karena ia mengajarkan kepasrahan yang aktif. Pasrah bukan menyerah. Pasrah adalah pilihan yang didorong oleh kesadaran tertinggi pada ujung ikhtiar maksimal seseorang sebagai insan, lalu dengan tulus melimpahkan urusan selanjutnya yang di luar kendalinya kepada Tuhan.

Keyakinan seseorang pada apa yang menjadi otoritas Tuhan dalam pengaturan semesta menjadi kunci sikap pasrah, bahwa apapun akan indah. Orang yang memiliki kualitas pasrah yang baik menyambut taqdir Tuhan melampaui ekspektasi nya di dalam doa.

Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan “Aku merasa cukup jika Allah mengabulkan doaku, tetapi aku lebih ridha jika Allah memilihkan untukku apa yang lebih baik menurut-Nya.”

Balam reflektif lainnya Ali Bin Abi Thalib mengajarkan untuk menerima dengan ikhlas apa yang terjadi, jika apa yang diharapkan tidak terjadi.

Para nabi dan orang-orang saleh dalam sejarah adalah contoh manusia yang terus diuji, namun tidak goyah karena iman. Maka keimanan bukan pelarian dari masalah, tetapi sumber kekuatan untuk menghadapinya. Ia seperti matahari dalam kabut: tidak selalu terlihat jelas, tapi selalu ada, memberi arah dan hangat.

Pada akhirnya, keimanan bukan hanya urusan langit, tapi juga cara menata bumi di dalam dada. Ia menyatukan gelombang energi dan cahaya spiritual dalam satu kesadaran baru: bahwa manusia tidak diciptakan untuk tenggelam dalam problem dan derita kehidupan, tapi untuk tumbuh, berubah dan bersiap diri memantaskan menyambut hikmah Tuhan.

Keimanan adalah jembatan antara kesadaran terdalam manusia dan takdir terbaik yang menantinya. Sikap Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan anak mereka Ismail menghadapi ujian dari Allah SWT adalah praktik nyata dunia energi quantum.

Selamat Merayakan Idul Adha 1446 H. Semoga kita dapat diilhami Allah SWT hikmah yang lahir dari aktualisasi energi terdalam yakni, pasrah. Nilai pasrah ini yang kemudian tidak dapat dipisahkan dari Idul Adha***

Kadarisman
Coach & Trainer SEFT HealingPraktisi Hipnoterapi Profesional Kalimantan Selatan, tinggal di Tabalong

TABIRkota

Dari Banua Untuk Dunia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Bantu Warga, DPD Nasdem HST Sembelih Lima Sapi Kurban

Sab Jun 7 , 2025
"Lima sapi dari Partai Nasdem disebar ke lima Dapil yang ada di HST untuk membantu masyarakat"

You May Like

HUT TABIRkota 3 Tahun

TABIRklip