TABALONG – Sebagai mahasiswa jurusan Administrasi Bisnis, Mariatul Qibthiyah tidak pernah menyangka bahwa suatu hari ia akan menyaksikan dunia tambang dari dekat. Bersama 21 rekan mahasiswa lainnya dari Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Tabalong (STIA Tabalong), ia mengikuti field trip ke PT Adaro Indonesia. Kunjungan ini adalah bagian dari mata kuliah Manajemen Pertambangan, yang bertujuan memberikan pemahaman lebih dalam tentang bisnis dan manajemen sektor tambang.
“Awalnya, saya memiliki banyak stigma negatif tentang dunia tambang. Namun, kunjungan ini membuka perspektif baru,” ujar Mariatul.
Di tengah perjalanan singkat dari kampus ke lokasi tambang di Dahai, Kecamatan Balangan, rasa penasaran semakin menggelora. Setibanya di PT Adaro Indonesia, rombongan disambut hangat dan langsung diarahkan untuk mematuhi protokol keselamatan. Setelah mengenakan alat pelindung diri (APD), mereka memulai perjalanan ke dunia tambang.
Keselamatan, Prioritas Utama
“Kecelakaan di hauling road tidak dapat diklaim oleh asuransi karena wilayah ini termasuk area khusus perusahaan tambang,” ungkap Djoko Soesilo CRM Dept. Head PT Adaro Indonesia saat memberikan pengarahan keselamatan. Hal ini menegaskan bahwa keselamatan menjadi perhatian utama dalam setiap aktivitas di area tambang. Dari rompi hingga helm, setiap detail APD dirancang untuk melindungi semua pihak yang terlibat.
Dengan bus perusahaan, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Pit Wara. Di sini, mereka melihat langsung proses penambangan dan mendapat penjelasan rinci tentang bagaimana tanah atas (top soil) dipindahkan untuk menjaga kesuburan tanah dalam tahap reklamasi nanti.
Menyaksikan Tanaman Reklamasi
Setelah makan siang dan beristirahat, perjalanan dilanjutkan ke Nursery Adaro Indonesia, tempat pembibitan tanaman untuk reklamasi tambang. Setiap tahunnya, lebih dari 10 ribu bibit ditanam di lahan reklamasi, dengan tingkat keberhasilan hidup mencapai 95 persen. “Bibit yang berjamur langsung kami buang untuk mencegah penularan,” jelas Roby pendamping kunjungan di Nursery. Proses ini membuktikan komitmen PT Adaro terhadap pemulihan lingkungan pasca tambang.
Mahasiswa juga diajak melihat berbagai jenis tanaman reklamasi, dari jenis cepat tumbuh hingga tanaman endemik. “Setiap tahunnya Adaro Indonesia menanam sebanyak 10 ribu bibit dengan jarak 3 x 3 di lahan reklamasi,” lanjut Roby.
Melihat Lebih Dekat Dunia Tambang
Selama kunjungan, mahasiswa belajar tentang pentingnya perencanaan tambang yang matang. Sebelum tambang beroperasi, studi kelayakan dilakukan untuk menilai aspek ekonomis dan keberlanjutan tambang hingga puluhan tahun ke depan.
Teknologi seperti Weather Station digunakan untuk memantau cuaca, memastikan keamanan dan efisiensi operasi.
Pengetahuan tentang pengelolaan hauling road, sistem komunikasi tanpa klakson, hingga penyiraman batu bara untuk mengurangi panas menjadi wawasan berharga yang sulit ditemukan di ruang kuliah.
Kegiatan berakhir pada sore hari, meninggalkan kesan mendalam bagi setiap peserta. Tidak hanya mendapatkan wawasan baru tentang dunia tambang, mahasiswa juga memahami bahwa isu-isu negatif yang kerap melekat pada industri ini tidak sepenuhnya benar.
“Kunjungan ini mengubah pandangan saya. Ternyata, ada banyak upaya positif yang dilakukan oleh perusahaan tambang seperti PT Adaro Indonesia,” tutup Mariatul. (adv)