Tetap Waras di Musim Pilkada

(ilustrasi: TABIRkota/artificial intelligence)

Penulis: Kadarisman

PADA sebuah seminar Pilkada damai di daerah Kalimantan Tengah (Kalteng) pekan lalu, saya ditanya seorang audiens tentang sikap dalam menyikapi musim pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak. Saya jawab, harus tetap waras.

Kewarasan ketika musim Pilkada seperti saat ini harus diketengahkan oleh kita semua sebagai pemilik kedaulatan, terlebih lagi bagi kontestan dan tim suksesnya.

Hanya dengan kewarasanlah proses politik akan menghasilkan aktor pengambil kebijakan pemerintahan eksekutif yang paham khitah dan jati dirinya.

Pilkada yang waras harus dimaknai dimana para kontestan sedang berebut menjadi pelayanan masyarakat, bukan berebut kekuasaan apalagi menjadi penguasa.

Kekuasaan hanyalah instrumen negara milik rakyat yang dititipkan kepada sang pelayan agar mampu mengambil kebijakan berbasis kepada kepentingan rakyat.

Selama ini proses politik kerap dimaknai sebagai perebutan kekuasaan, ketika terpilih jadilah seseorang sebagai penguasa. Di sini ketidakwarasan muncul ditandai setiap keputusannya dibuat untuk mengamankan kekuasaan dan kepentingan kelompok serta golongannya.

Paradigma yang tidak waras tersebut merembet kepada tim sukses dan pemenangan masing-masing kontestan.

BACA JUGA :  Selamat Bertugas Sang Legislator

Sering mereka terjebak pada perilaku tidak empati, hasut, hate speech, primordial merasa paling asli daerah atau bersikap kesukuan yang mencederai falsafah kehidupan berbangsa.

Kontestasi Pilkada sebagai proses politik, harus dimaknai dan diaktualisasikan dengan sikap kenegaraan oleh semua pihak. Maka menjadi penting syarat menjadi pelayan rakyat harus berwawasan kenegaraan.

Hanya dengan sikap demikian, dinamika politik dapat mengedepankan pilihan sikap dan situasi yang mengarah pada terciptanya kondusifitas serta konstruktif, ekonomi melesat cari kerja mudah.

Sikap waras juga penting dimiliki pihak-pihak yang terlibat di dalam proses itu, seperti penyelenggara Pilkada, pelaksana pemerintahan sementara, alat negara seperti TNI/Polri hingga tim pendukung kontestan yang rentan terlibat perang pengaruh.

Tim pendukung yang waras dapat menghindari jebakan fanatisme yang kerap merugikan dirinya dan orang lain. Ikhtiar dukungan wajib dilakukan, tetapi fanatik harus dihindarkan.

Perilaku fanatik kerap membuat seseorang kehilangan kesempatan menempatkan orang lain juga memiliki tujuan kemuliaan dan kebaikan yang sama. Dampaknya akan kehilangan respek pada pihak lain yang berujung kepada tumbuh suburnya narasi kebencian dan narasi hitam.

BACA JUGA :  "Bagung jadi Raja"

Siapapun pemenangnya, jika dia seorang negarawan pastilah kiblatnya bukan tim sukses dan tim pemenangan, melainkan rakyat secara keseluruhan. Jadi tidak usah kuatir. Hanya jadi masalah jika kontestannya bukanlah berjiwa negarawan.

Jadi bersikap fanatik dan destruktif sejatinya hanya akan menanam kekecewaan. Sebab ketika pun yang didukungnya menang tak dapat pula jadi pemuas harapan-harapan yang sempit. Itulah sebab banyak timses pasca dukungannya terpilih lalu kecewa, karena menjadikan makhluk tempatnya berharap.

Pemikiran yang sempit hanya akan menjadi duri dalam daging tim pemenangan. Alih-alih menyatukan kekuatan, justru sebaliknya jadi pemicu konflik di internal.

Jadi menjaga kewarasan ketika Pilkada itu penting. Hanya dengan begitu semua proses politik di daerah dapat dilangsungkan dengan riang hati dan perasaan yang gembira.

BACA JUGA :  Fenomena Gunawan, Rumah Singgah, Kehadiran Negara dan Keluarga

Pada akhirnya, setiap proses politik prosedural ini berlangsung hanya akan menghadirkan kebahagiaan. Karena rumusnya begini, jika seseorang bahagia ikhtiar sehat dan suksesnya semakin mudah.

Jika kontestan Pilkada bahagia, semangatnya bukan mengejar kekuasaan tapi kursi pelayanan. Cara berpikirnya tidak rumit dan aneh-aneh. Hanya dengan begitu value hidupnya akan bermakna, perjuangannya berasa mudah dan enteng.

Jika tim pemenangan bahagia, tiap dinamika internal dan konflik kepentingan semakin membuat mereka bertambah solid. Mereka sadar, hadir dirinya bukan untuk memenangkan dirinya tetapi memenangkan rakyat mendapatkan pilihan pemimpin terbaik seperti yang diyakini.

Jika rakyat melihat anda sebagai tim dan kontestan Pilkada bahagia, damai, membawa aura kebaikan, rakyat juga turut bahagia.

Jika rakyat melihat keseluruhan kekuatan tim yang dimiliki dipenuhi vibrasi positif, maka bahagianya mereka itu tanda kemenangan anda. Insya Allah, itu jadi kemenangan kita semua. Jadi tetap waras!

Penulis: Kadarisman
Presidium KAHMI Tabalong

TABIRkota

Dari Banua Untuk Dunia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Daurah Ilmiah

Sen Agu 19 , 2024
TABIRkota Uploader: Zidna Rahmana Post Views: 159 BACA JUGA :  "Bagung jadi Raja"

You May Like

HUT TABIRkota 3 Tahun

TABIRklip