Mencari Figur Pemimpin Visioner untuk Tabalong

“Pemimpin adalah orang yang tahu jalan, dan mampu menunjukkan jalan, bukan yang kalau berjalan ditunjukkan oleh yang dipimpin. Karena itu, seorang pemimpin harus punyai nilai lebih”

(ilustrasi/net)

Penulis: Rahim Kausar

DALAM perspektif Islam, manusia adalah mahluk yang berorientasi sebagai khalifah (pemimpin). Esensi ini merupakan bentuk kemuliaan anak cucu Adam yang telah ditetapkan Allah SWT di awal penciptaanya.

Nabi Muhammad menegaskan bahwa setiap individu manusia adalah pemimpin, baik dalam lingkup interen, sosial domistic (keluarga) dan lingkungan masyarakat atau publik (great Society). Menurut Islam, kepemimpinan adalah amanah yang harus dijalakankan oleh setiap manusia.

Dalam sisi lain atau realitas keseharian bahwa dalam sistem politik manapun dan pada tingkat manapun, proses atau wacana tentang kepemimpinan selalu menjadi perhatian penting dan menarik perhatian.

Secara umum, hal itu terjadi karena dua hal, pertama karena kuatnya tingkat harapan yang ditujukan kepada sang pemimpin. Kedua, karena tingginya tingkat kekuatiran atau ketakutan akan kemungkinan jebloknya kehidupan sosial kemasyarakatan, sebagai akibat dari lemahnya daya kepemimpinan. Kondisi ini pada akhirnya melahirkan implikasi yang luas.

Dalam sejarah kepemimpinan nasional, sikap harapan dan kekuatiran ini, misalnya, kemudian memang merangsang lahirnya dua pendekatan berkenaan dengan upaya mancari dan menemukan pemimpin. Pendekatan pertama adalah pendekatan yang bersifat rasional dan yang kedua bertumpu pada pendekatan yang irrasional atau kenyakinan.

Idealnya, kedua sistem pendekatan itu bisa dipadukan menjadi sebuah tekad. Sehingga seseorang memilih sang pemimpin atas dasar pertimbangan rasional dan sekaligus atas dasar kenyakinannya.

Sejumlah negara maju yang kultur dan komunikasi sosiologisnya sudah matang, biasanya mematangkan proses dengan dua pendekatan tadi. Sang pemimpin membangun daya kenyakinan masyarakatnya dengan tawaran visi misi yang rasional. Tapi dua hal ini meruapakan cerita di masa-masa normal.

Kepemimpinan yang Visioner

SEORANG pemimpin yang baik adalah pemimpin yang visioner. Untuk mencapai visioner pemimpin harus mempunyai kelebihan dibanding yang dipimpin.

Pemimpin adalah orang yang tahu jalan, dan mampu menunjukkan jalan, bukan yang kalau berjalan ditunjukkan oleh yang dipimpin. Karena itu sekali lagi pemimpin harus punyai nilai lebih. Nilai lebih tersebut diantaranya memiliki ilmu, wawasan, rajin beribadah, etos kerja yang tinggi, dalam arti kata ada niat melamar pekerjaan, bukan melamar jabatan, mempunyai kemampuan manajerial dan kemampuan berkomunikasi. Tanpa kelebihan itu produktuviatas tidak akan maksimal.

BACA JUGA :  Tiga Figur Realistis Pilkada Tabalong, Siapa yang Kuat?

Apa yang dihasilkan seseorang dalam usahanya adalah prestasi dan prestasi merupakan sesuatu yang indah, maka perlu menciptakan keindahan untuk diri sendiri dan mendorong orang lain untuk berprestasi.

Sikap dan mental pemimpin yang mutlak diperlukan adalah tanggap dalam segala hal, karena ini wujud sebagai integritas dan esensi dari bentuk kredibilitas seorang pemimpin. Senantiasa waspada dan tidak lenggah atas segala hal yang memungkinkan akan menimpa, menggangu, bahkan mengacaukan stabilitas jalannya roda kepemimppinan.

Cepat mengambil keputusan, dengan demikian segala permasalahan tertanggulangi dan terlaksana dengan segera. Sehingga perpacuan dengan rotasi dari perputaran kemajuan, tidak selalu lambat dan tertinggal dan dia akan senantiasa akseptable di setiap zaman dan waktu.

Pemimpin yang visioner dapat dilihat sebagai berikut: Pertama, seorang yang akan mempimpin harus menguasai masalah. Ia harus dapat memutuskan berbagai macam permsalahan dengan kualitas keputusan yang tinggi. Untuk itu diperlukan penguasaan meyeluruh terhadap berbagai permasalahan dengan data-data yang tepat.

Ini adalah suatu yang sangat penting guna mengecek target-target yang sudah dicapai, kualitas kerja juga merupakan langkah kontrol agar staf merasa diawasi dan dikontrol. Juga dapat dijadikan sarana melakukan pendekatan manusiawi terhadap petugas di lapangan. Langkah seperti ini akan menimbulkan disiplin tinggi dalam melaksanakan tugas.

Kedua, memikirkan dan latihan keras. Ini perlu agar hasil yang dicapai juga maksimal. Jangan setengah-setengah dalam berfikir. Karena itu akan menyebabkan produktivitas seorang pemimpin rendah dan memberikan hasil tidak maksimal. Maka untuk itu perlu dilatih dengan latihan keras untuk dapat berfikir keras.

BACA JUGA :  Fenomena Gunawan, Rumah Singgah, Kehadiran Negara dan Keluarga

Ketiga, mempredeksi masalah untuk langkah antisipasi. Ini sangat penting sebagai langkah antisipasi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi saat program tersebut dilaksnakan. Juga agar dapat mengatur langkah-langkah yang harus diambil guna menyukseskan jalannya langkah tersebut.

Keempat dinamis dan produktif, seorang pemimpin harus mempunyai jiwa mobiltas yang tinggi demi meningkatkan aktivitas soleh. Ia harus selalu mengambil langkah-langkah kongkrit untuk memperbanyak aktivitas kepemimpinannya.

Pemimpin harus selalu banyak memikirkan berbagai masalah semaksimal mungkin dan mengambil langkah-langkah pemecahan. Ini harus dilakukan dengan kesungguhan sehingga timbul miltansi dan etos kerja yang baik. Ini merupakan kekuatan bagi dirinya. Kesungguhan ini perlu dan harus selalu dilatih.

Kesungguhan yang disertai dengan wawasan, akan melahirkan produktivitas yang tinggi dan inisiatif banyak. Banyak sekarang para pemimpin yang mandul dalam berkarya, karena terbatasnya wawasan.

Kelima, berfikir rapi dan detail, karena ada beberapa tipe atau cara berfikir, selalu berfikir seperti para filosof, ada sekali-kali berfikir dan ada yang kadang terpaksa berfikir dan juga pura-pura berfikir,yang lebih parah adalah yang inginya dipikirkan orang sementara dia tidak berfikir.

Berfikir yang rapi dan detail maksudnya adalah kemapuan meranjang dengan rinci yang terkait dengan planing, organizing dan elavuating dalam organisasi. Bila sudah berjalan biasaya seluruh masalah bisa dipecahkan dengan sistematis dan berkualitas, sampai pada sasasaran dan penyelesaian.

Keenam, open management, seluruh kegiatan harus terpimpin dan terkoordinir dengan baik. Untuk itu, maka perlu keterbukaan dan koordinir dengan baik. Untuk maka perlu ketrbukaan dan koordinasi. Dengan itu maka seluruh permasalahan dan kebijaksanaan akan diketahui bersama yang kemudian akan menyebabkan persepsi yang sama dan akan menimbulkan kebersamaan dalam bekerja, karena saling memahami.

Kalau tidak demikian, maka jalanya program tidak lancar karena disebabkan perbedaan persepsi yang akan menimbulkan saling curiga yang akhirnya program tersebut kurang mendapat dukungan.

BACA JUGA :  Mengenang Didi Gunawan; "The Truly" Wartawan

Ketujuh, tidak befikir sektoral. Berfikir sektoral merupakan sebuah bahaya besar bagi sebuah lembaga. Karena itu akan melahirkan sifat ego dan feodalistis. Seorang yang berfikir sektoral akan berbuat sesuatu atas dasar pragmatisme. Yaitu kalau kiranya ada keuntungan untuk kepentingan pribadi, ia akan sungguh-sungguh, tapi kalau tidak menguntungkan pribadinya, ia akan malas.

Tipe pemimpin seperti ini bekerja tanpa sebauh idealisme yang selalu berfikir untuk kesejahteraan umum. Pemimpini tipe akan banyak mengadapi benturan, karena tidak akan mendapat dukungan dari pihak lain. Hal ini dikarenakan ia selalu mengangap bahwa yang terpenting itu urusannya, sedang terhadap urusan orang lain ia bersikap masa bodoh.

Kedelapan, menjadi uswah al-hasanah. Dalam hal ini, bukan hanya dalam bentuk figur tapi juga usawah dalam bentuk perbuatan. Yaitu uswah yang aplikasinya dalam bentk pekerjaan yang bagus,serius, dan penuh kesungguhan. Seorang pemimpin dalam melaksanakan sesuatu akan menjadi uswah bagi yang dipimpin.

Dalam suasana yang sedang di alami oleh masyarakat Tabalong seperti saat ini secara umum sangat dibutuhkan tiga fungsi utama pemimpin atau kepemimpinan dalam memujudkan visinya.

Pertama, visi yang jelas dengan arah yang menatap jauh ke depan. Dengan begitu, pemimpin dapat menkomunikasikan program dan kebijakannya kepada rakyat untuk bergerak ke masa depan yang lebih progresif.

Kedua, kemampuan aligning people (menyatukan orang). Maksudnya adalah kemampuan mengikat orang-orang untuk bersatu, bersejajar maju bersama untuk bergerak menuju ke arah perwujudan visi yang telah digariskan.

Ketiga, Inspring and motivating. Seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi hati dan pikiran pengikut dan semua rakyatnya. Jika seorang manajer hanya punya pengaruh secara tidak langsung, maka seorang pemimpin harus punya pengaruh langsung kepada bawahan, pengikut serta semua staf.***

Penulis: Rahim Kausar (Sekretaris Umum Pemuda Muhammadiyah Tabalong)

TABIRkota

Dari Banua Untuk Dunia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Safari Ramadhan di Masjid Keramat Palajau, Bupati HST Bantu Kebutuhan Makan Anak Panti

Rab Mar 20 , 2024
"Safari Ramadhan di Masjid Keramat Palajau diisi dengan tausiyah oleh Guru Sarbaini yang mengangkat tema Perbanyak Membaca Al Qur'an di Bulan Ramadhan"

You May Like

TABIRklip