
JAKARTA (TABIRkota) – Wakil Kepala (Waka) Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S Deyang menyampaikan permintaan maaf secara terbuka sembari menangis, terkait maraknya insiden keracunan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di berbagai daerah di Indonesia.
Dilansir Tribunnews.com, Nanik S Deyang dalam konferensi pers di Kantor BGN Jakarta, Jum’at (26/9), mengakui pihaknya menemukan tujuh temuan mengejutkan terkait keracunan MBG yang menimpa ribuan anak Indonesia.
Berdasarkan temuan di lapangan, Beberapa dapur MBG diketahui memasak lauk malam hari dan menyajikannya ke anak-anak keesokan paginya. Tanpa pendingin memadai, makanan berisiko rusak dan terkontaminasi.
Tenaga dapur lokal banyak yang belum mendapat pelatihan keamanan pangan sehingga mereka hanya mengikuti instruksi tanpa tahu cara menyimpan atau mengolah makanan dengan aman.
Koordinator wilayah dan tim monitoring pusat dinilai tidak konsisten memeriksa dapur dengan audit yang tidak menyeluruh, sehingga pelanggaran SOP luput dari pantauan.
Distribusi makanan ke sekolah tidak diawasi ketat sehingga anak-anak menerima lauk yang sudah berubah rasa, bahkan basi, karena tidak ada rantai dingin.
Saat insiden terjadi, guru harus menangani anak-anak yang muntah atau pingsan karena tidak ada tenaga kesehatan di sekolah dan guru tidak dibekali pelatihan darurat.
Warga enggan melaporkan makanan bermasalah karena khawatir dianggap menolak bantuan pemerintah yang membuat kasus tak segera terdeteksi.
Katering kecil dipaksa layani ribuan porsi tanpa alat memadai, tanpa dukungan logistik dan pelatihan, sehingga kualitas makanan menurun dan risiko meningkat.
Pada konfrensi pers tersebut, Nanik S Deyang juga menegaskan, bahwa insiden keracunan massal MBG bukan sabotase, melainkan kelalaian internal.
“Yang lalai itu bukan hanya dapur, tapi juga pengawasan kami. Ada SOP yang tidak dijalankan, ada audit yang tidak menyeluruh. Itu tanggung jawab kami,” ujarnya.
Ia juga menolak spekulasi politik di balik insiden tersebut dan lebih menekankan tentang kelalaian.
BGN mencatat 70 kasus keracunan MBG dengan total 5.914 orang terdampak sejak Januari.
Lonjakan terjadi pada Agustus dan September, dengan 2.210 korban dari 44 kasus hanya dalam dua bulan terakhir.
Pulau Jawa menjadi wilayah paling terdampak dengan 3.610 korban, disusul Sumatera sebanyak 1.307 korban dan Indonesia Timur sebanyak 997 korban.
Daerah seperti Bandar Lampung, Lebong, Bandung Barat, Banggai Kepulauan dan Kulon Progo mencatat ratusan anak sakit setelah mengkonsumsi MBG. (ra)