
DI Tanah Banjar, Kalimantan Selatan, musik bukan sekadar hiburan, melainkan warisan yang menghubungkan manusia dengan leluhur, alam, dan sesama. Ia adalah doa dan kekuatan yang menghidupi identitas budaya serta kesejahteraan masyarakat. Musik tradisi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Banjar, mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, spiritualitas, dan ekspresi seni yang khas.
Narasi inilah yang menjadi dasar penunjukan Provinsi Kalimantan Selatan sebagai pelaksana Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) 2025 oleh Kementerian Kebudayaan RI. Melalui surat penunjukan yang ditandatangani oleh Syaifullah, Direktur Film, Musik, dan Seni, pelaksanaan FMTI Kalsel melibatkan Indonesia World Music Series (IWMS) dan Akaracita dalam menyusun konsep dan teknis pelaksanaan. Tantangannya kini terletak pada pelibatan publik, komunitas, dan dukungan pemerintah daerah demi menyukseskan festival ini.
Komitmen Pemerintah Pusat dan Daerah

Mendapat mandat tersebut, Akaracita — komunitas musik yang aktif berkarya di Kalsel — langsung menjalin komunikasi produktif dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan menyusun agenda audiensi. Kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam penyelenggaraan FMTI telah menjadi praktik baik yang diwariskan dari pelaksanaan FMTI di berbagai daerah selama lima tahun terakhir. Hal ini ditegaskan oleh perwakilan Direktorat Film, Musik, dan Seni dalam audiensi bersama Pemprov Kalsel pada 13 Juni 2025 di ruang Sekda Provinsi.
Menanggapi permintaan Kementerian Kebudayaan, Penjabat Sekda Provinsi Kalimantan Selatan, Muhammad Syarifuddin, M.Pd, menyampaikan komitmen dan antusiasmenya. “Kami sangat mendukung pelaksanaan FMTI Kalsel untuk pertama kalinya ini. Program ini akan kami dukung penuh sebagai upaya pelestarian dan pengembangan musik tradisi di Kalimantan Selatan,” ujarnya.
Pj. Sekda Kalsel juga menilai waktu pelaksanaan FMTI sangat tepat karena beririsan dengan Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan yang jatuh pada bulan Agustus. “Kehadiran FMTI Kalsel akan menjadi ajang apresiasi bagi pelaku musik tradisi di Kalsel,” tambahnya. Tak sekadar dukungan moral, Sekda bahkan memberi arahan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi untuk mengalokasikan anggaran pendukung pelaksanaan FMTI. Ini menegaskan bahwa kolaborasi antar pemerintahan bukanlah simbolik, melainkan konkret dalam bentuk kebijakan dan sumber daya.
Dari tingkat kota, Wali Kota Banjarmasin, H.M. Yamin HR, turut menyatakan dukungan penuh. “Kami siap mendukung program Kementerian Kebudayaan dalam pelaksanaan FMTI ini. Ini saya kira adalah bentuk nyata kolaborasi dalam pemajuan kebudayaan,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa FMTI akan menjadi bagian penting dari perayaan 500 Tahun Kota Banjarmasin, memperkuat identitas kota pusaka melalui seni.
Mengusung Semangat Lokalitas

Penunjukan Akaracita dan IWMS sebagai mitra pelaksana festival adalah bentuk kepercayaan negara terhadap komunitas untuk menggerakkan ekosistem musik tradisi dari akar rumput. “Di Kalsel belum pernah ada event musik yang berdiri mandiri. Selama ini karya musik tradisi dan inovasinya menumpang pada kegiatan tari atau teater,” ujar Novyandi Saputra, Direktur FMTI Kalsel, saat mendampingi audiensi dengan Pemprov Kalsel.
FMTI Kalsel akan menjadi festival musik etnik pertama yang digelar secara khusus di Banjarmasin. “Kami percaya ini akan menjadi pemicu pertumbuhan ekosistem musik tradisional, baik dalam ranah pelestarian maupun penciptaan bentuk musikal baru,” tambah Novyandi.
Tahun ini, FMTI secara nasional mengusung tema Ethnogroove, sebuah istilah yang dimaknai sebagai energi baru dalam musik tradisi: merayakan akar-akar lokal dengan denyut musikal kekinian. Di Kalimantan Selatan, semangat ini dirangkum dalam tema “Antasan Banjar”, sebuah metafora tentang kesinambungan, perlintasan, dan regenerasi musik tradisi. Tema ini menjadi upaya merawat bunyi dalam ketegangan antara Akar dan Arus — antara pelestarian dan inovasi.
Konsep dan Kesiapan Pelaksanaan
Persiapan FMTI Kalsel telah dimulai sejak Maret 2025 dan direncanakan berlangsung pada 29–31 Agustus 2025 di Panggung Siring Balai Kota Banjarmasin. Pembagian peran antara IWMS dan Akaracita saling melengkapi. IWMS menyusun konsep besar, kerangka kuratorial, dan mekanisme kerja berbasis tata kelola yang baik. Akaracita, sebagai komunitas lokal dengan jaringan pemangku kepentingan daerah, memastikan pelibatan publik berjalan optimal.
“Rencananya, FMTI Kalsel akan menampilkan kelompok musik tradisi dari Kalsel, luar Kalsel, dan juga kelompok dari tingkat nasional,” ujar Amar Aprizal, Ketua IWMS.
Selain pertunjukan utama, FMTI Kalsel juga akan menghadirkan workshop peningkatan kapasitas musikal dan digitalisasi musik untuk calon penampil. “FMTI menjadi momen penting untuk mengembangkan kapasitas para musisi, sekaligus menggerakkan ekosistem pendukung musik tradisi,” tambah Amar.
Guna memperluas partisipasi masyarakat, FMTI Kalsel juga akan menghadirkan Expo Kreatif dan UMKM sebagai ruang ekspose pelaku ekonomi kreatif lokal. “Expo ini adalah strategi kami untuk menghubungkan festival dengan ekonomi kerakyatan dan memberdayakan pelaku usaha lokal,” pungkas Amar.***