Membuka Tabir Keterasingan; Keberhasilan TMMD ke-124 Kodim 1002/HST di Pangambau Hilir Luar

“TMMD bukan sekadar membangun jalan, tapi juga membangun harapan—menghapus keterasingan dan menghadirkan masa depan yang lebih layak bagi warga pelosok”

Dua orang warga Lok Nyiur, Desa Pangambau Hilir Luar sedang mengumpulkan jerami (foto: TABIRkota/ferian sadikin)

Oleh: Muhammad Ferian Sadikin

DENTANG jam mendengung dari kejauhan, pertanda pukul 12.00 Wita. Petani Lok Nyiur, Desa Pangambau Hilir Luar RT 02, Kecamatan Haruyan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan (Kalsel) menepi ke tempat teduh untuk mengistirahatkan diri.

Supriani mengibaskan topinya ke wajah sembari menyeka keringat. Diusianya yang sudah tak muda lagi itu, ia masih menggantungkan hidup dari setiap butir padi dan petak sawah untuk bertahan.

Sambil menginjak gayang (tangkai padi yang dirontokkan dengan cara diinjak, red), Sapriani mengeluhkan jalan penghubung antara Lok Nyiur dengan Pangambau Hilir Luar yang hancur dan hampir tak bisa dilewati.

Puluhan tahun warga Lok Nyiur yang secara administrasi masuk wilayah HST itu terisolir. Tak ada jalan pintas untuk membawa hasil panen ke perkotaan yang berjarak sekitar 20 kilometer.

Mereka harus menempuh batas Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) terlebih dulu agar bisa keluar menuju induk desa, yakni Pangambau Hilir Luar.

“Apalagi setelah banjir bandang 2021 silam, akses jalan sejauh kurang lebih satu kilometer tersebut hampir mustahil dilewati motor,” Supriani menceritakan dengan keringat bercucuran.

Kondisi tersebut juga dibenarkan Pambakal atau Kepala Desa Pangambau Hilir Luar, Husni Naparin. Akses desa yang terhubung dengan Lok Nyiur memang tak layak untuk dilewati, hanya ada jalan persawahan.

“Akses satu-satunya harus melewati HSS terlebih dahulu, namun sering kali kami tidak diijinkan untuk melintas saat membawa bantuan pangan atau sembako untuk warga Lok Nyiur, karena bukan wilayah administratif HST,” ujarnya.

Terkadang pihak desa merasa dilema dengan keadaan itu, karena rawan terjadi konflik antar masyarakat, sehingga untuk memberikan hak warga Lok Nyiur cukup kesulitan.

Bukan tanpa usaha, Pemerintah Desa (Pemdes) Pangambau Hilir Luar juga terus memperjuangkan kesejahteraan masyarakat dengan meminta dukungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan beberapa kali mengajukan proposal, namun tak kunjung tembus.

“Tapi itu dulu, ketika jalan penghubung belum terjamah program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-124 oleh Kodim 1002/HST,” Husni Naparin menceritakan.

Selasa (6/5) lalu, Wakil Bupati HST, Gusti Rosyadi Elmi telah resmi membuka program TMMD ke-124 untuk Pangambau Hilir Luar, di Lapangan Sepak Bola Bumi Mujur Pantai Hambawang, Kecamatan Labuan Amas Selatan (LAS) untuk menghubungkan Luk Nyiur dengan induk desanya.

Seorang warga Lok Nyiur melewati akses jalan paving block yang dibangun Satgas TMMD ke-124 Kodim 1002/HST (foto: TABIRkota/ferian sadikin)

Keselarasan Pemkab HST dan Satgas TMMD

Upaya Pemkab HST untuk mempercepat pembangunan di pedesaan, bagaikan gayung bersambut dengan program TMMD ke-124 oleh Kodim 1002/HST sebagai wujud kepedulian TNI terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat.

“Sasaran yang dipilih Kodim 1002/HST sama sekali tidak meleset, karena wilayah tersebut memang puluhan tahun terisolir atau terpisah dari induk desanya,” ujar Wakil Bupati HST, Gusti Rosyadi Elmi.

Program TMMD harus selaras dengan pemerintah, apalagi langkah yang diambil Kodim 1002/HST mampu meningkatkan partisipasi masyarakat melalui gotong royong membangun wilayahnya sendiri.

Kehadiran “serdadu loreng hijau” di lokasi pembangunan dinilai dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan dan kemampuan suatu desa dalam memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki.

Hasilnya, warga bangga dengan bulir keringat yang menetes, karena mampu mengantarkan desanya mengakses dunia luar tanpa harus memutari kabupaten tetangga dan membawa hidup mereka menuju kesejahteraan.

Menurut Komandan Satgas TMMD ke-124 Kodim 1002/HST, Letkol Inf Fery Perbawa, selain pembangunan akses jalan untuk pertanian, pihaknya juga membangun sarana pendukung kebutuhan air bersih masyarakat Lok Nyiur berupa sumur bor.

Selama ini, masyarakat hanya mengandalkan air sungai yang tak mengalir untuk aktivitas sehari-hari, seperti mandi dan mencuci pakaian.

Bukan perkara mudah bagi satgas untuk melaksanakan pembangunan di Pangambau Hilir Luar, karena kurun waktu pengerjaannya 30 hari dan lokasi kegiatan yang berbeda-beda titiknya.

“Kami juga melakukan renovasi Langgar Darussalam sebagai salah satu sasaran fisik agar memberikan kenyamanan bagi masyarakat dalam menjalankan ibadah.” Letkol Inf Fery Perbawa menjelaskan.

Satgas TMMD Kodim 1002/HST diarahkan untuk melakukan pembersihan fasilitas umum, penanaman pohon dan pembersihan lingkungan berupa selokan desa.

Selain itu, satgas juga melakukan sasaran non fisik berupa penyuluhan, seperti sosialisasi Keluarga Berencana (KB), posyandu, pertanian, hukum, bahaya narkoba, UMKM, lingkungan hidup, rekruitmen TNI dan perikanan serta pendidikan.

Nini (nenek) Kurba, warga Pangambau Hilir Luar yang mendapatkan berkah sasaran rehab RTLH (foto: TABIRkota/ferian sadikin)

Membangun Harapan Nini Kurba

Suara pintu berderit, sosok wajah wanita tua menyembul di balik daun pintu. Sambil mengernyitkan dahi ia kebingungan saat rumahnya dikunjungi beberapa orang berseragam loreng hijau.

Nini (Nenek) Kurba (81), wanita tua itu sudah 21 tahun hidup sendiri di rumah reot yang dindingnya penuh lobang, atap bocor dan lantai yang sangat rapuh.

Mata nini Kurba berkaca, penantian dan harapannya sedari dulu kini berbuah manis, air matanya jatuh tak terbendung, ia kenal dengan siapa yang mendatanginya itu.

“Alhamdulillah terima kasih bapak sudah membangunkan rumah untuk ulun (saya, red),” ujarnya sambil mengusap air matanya dengan kerudung.

Satgas TMMD Kodim 1002/HST sangat tepat memilih sasaran program rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dengan membangunkan rumah harapan bagi nenek Kurba di usia senjanya.

Rumah nini Kurba dipilih karena kondisinya sangat memprihatinkan, sehingga personel satgas dengan senang hati merobohkan rumah lama nini Kurba dan dibangun kembali agar layak huni.

Program RTLH menjadi salah satu sasaran prioritas sasaran fisik TMMD ke-124 Kodim 1002/HST sebagai wujud kepedulian TNI terhadap kesejahteraan masyarakat di wilayahnya.

TMMD ke-124 tidak sekadar pembangunan infrastruktur fisik saja, namun juga menyentuh aspek sosial dan kemanusiaan dengan keterlibatan Pemerintah Daerah serta partisipasi dari masyarakat itu sendiri.

Danrem 101/Antasari, Brigjen TNI Ilham Yunus didampingi Dandim 1002/HST, Letkol Inf Fery Perbawa (kiri) dan Bupati HST, Samsul Rizal (kanan). (foto: TABIRkota/ferian sadikin)

Kebanggaan Prajurit Loreng

1980-an program kemanunggalan TNI Bernama ABRI Masuk Desa (AMD), setelah era reformasi berganti nama menjadi TMMD itu telah banyak mencetak senyum warga di pelosok Nusantara.

Kebersamaan antara TNI dan warga yang telah terjalin akan terus hidup sebagai ikatan persaudaraan yang tak lekang oleh waktu.

Juni 2025, pada program TMMD ke-124 yang merupakan operasi bakti TNI dengan melibatkan Polri, Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah dan masyarakat itu kembali mengukir harapan.

30 hari berlalu, program TMMD ke-124 di Pangambau Hilir Luar berbuah manis, pembangunan fisik maupun non fisik menunjukkan capaian target yang harus dibanggakan.

“Semuanya sudah selesai 100 persen sesuai permintaan masyarakat, terutama program pembangunan fisik,” ujar Komandan Resor Militer (Danrem) 101/Antasari, Brigjen TNI Ilham Yunus dengan bangga.

Program TMMD dinilai memberikan dampak positif bagi Pangambau Hilir Luar, khususnya masyarakat yang menggantungkan hidup dari hasil pertanian.

Dari sasaran pembangunan paving block sepanjang 1.030 meter itu, memudahkan mobilisasi warga Lok Nyiur, apalagi anak-anak yang sebelumnya pergi ke sekolah harus melintasi kabupaten tetangga terlebih dahulu.

Bupati HST, Samsul Rizal menegaskan sinergitas TNI dengan Pemkab HST akan terus terjalin dan apapun program Kodim 1002/HST ke depannya, pihaknya akan memberikan support penuh.

Keberhasilan TNI membangun desa terasingkan itu adalah bukti semangat kebersamaan yang kuat untuk mewujudkan pembangunan inklusif dan berkelanjutan di seluruh pelosok.

Kini, Supriani dan warga Lok Nyiur lainnya tak perlu lagi bersusah payah mengangkut hasil panen atau melakukan aktifitas sehari-hari melewati wilayah HSS.

Sementara itu nini Kurba, kini dapat tidur nyenyak tanpa khawatir kedinginan atau rinai hujan yang menetes dari balik atapnya. (fer)

Pewarta: M Ferian Sadikin

Journalist | Editor | - Hulu Sungai Tengah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Dugaan Pungli Safari Wukuf, Ketua Komnas Haji: Harus Ditindaklanjuti Serius

Sel Jun 10 , 2025
"Dugaan pungli dalam layanan safari wukuf harus diusut tuntas agar dinilai tidak mencoreng integritas penyelenggaraan haji"

You May Like

HUT TABIRkota 3 Tahun

TABIRklip