JAKARTA (TABIRkota) – Tupperware Brands Corporation atau perusahaan Tupperware asal Amerika Serikat (AS) menyatakan bangkrut, tepatnya pada 18 September lalu, setelah 78 tahun beroperasi.
Menurut Chief Executive Officer (CEO) Tupperware, Laurie Ann Goldman, selama beberapa tahun terakhir, posisi keuangan perusahaan sangat terpengaruh lingkungan makro ekonomi yang menantang.
“Kami menjajaki berbagai opsi strategis dan menentukan bahwa hal tersebut merupakan langkah terbaik ke depannya,” ujarnya dalam sebuah keterangan, dilansir dari 10news.com, Jum’at (20/9).
Beberapa faktor penyebab kebangkrutan antara lain beban utang perusahaan yang tinggi, penurunan permintaan, banyaknya pesaing baru, kenaikan biaya operasional serta tantangan likuiditas.
Proses kebangkrutan tersebut, katanya, dimaksudkan untuk memberikan fleksibilitas penting bagi Tupperware dalam mencari alternatif strategis yang lebih baik.
“Guna mendukung transformasi menjadi perusahaan yang dipimpin teknologi dan berfokus pada digital, yang lebih siap untuk melayani para pemangku kepentingan kami,” katanya.
Meskipun menghadapi tantangan, tambahnya, Tupperware berkomitmen untuk terus melayani pelanggan dengan produk berkualitas tinggi yang mereka percayai.
“Kami berencana untuk terus melayani pelanggan dengan produk berkualitas tinggi yang mereka cintai dan percayai sepanjang proses tersebut,” tambahnya.
Tupperware didirikan pada 1946 oleh ahli kimia, Earl Tupper, lalu produknya menjadi terkenal karena merupakan solusi wadah penyimpanan makanan kedap udara yang inovatif.
Desain pertamanya tidak laku di toko, namun setelah Tupperware merekrut orang untuk menjual produk dari rumah mereka, hal tersebut menarik minat banyak perempuan untuk memasarkannya hingga mereka memperoleh penghasilan di era ketika banyak orang tinggal di rumah.
Setelah beberapa dekade berikutnya, Tupperware menjadi barang pokok dalam dapur-dapur di seluruh dunia.
Namun, meskipun ada sedikit peningkatan penjualan selama pandemi COVID-19, Tupperware menghadapi masalah keuangan selama bertahun-tahun di tengah meningkatnya persaingan dan keluarga yang lebih mengandalkan makan di luar dari pada memasak di rumah.
Dalam laporan perusahaan pada Selasa (17/9), Tupperware memiliki utang lebih dari 1,2 Miliar dollar.
Setelah mencapai harga tertinggi sekitar 97 dollar per saham pada 2013, harga saham Tupperware anjlok menjadi hanya 0,51 dollar pada Rabu (18/9) sore. (zr)