BARABAI (TABIRKota) — Tampil memukau, delapan pasang finalis Nanang Galuh Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan (Kalsel) membawakan tari Mawaris Budaya “Batumbang Apam” pada Grand Final, di Lapangan Dwi Warna Barabai, Sabtu (25/5) malam.
Salah satu penata tari, Nur Syifa Hayati atau Galuh Syifa mengatakan, penampilan para finalis tahun ini mengusung tema budaya religi yang biasa digelar masyarakat HST setiap lebaran Idul Fitri, yakni batumbang apam.
“Tarian ini mengambil ragam gerak japin banjar yang dikreasikan dan diisi dengan syair karangan Masruswian serta dibacakan maestro basyair Banjar, Hj Maimunah,” katanya.
Tradisi batumbang apam tersebut, ujarnya, memiliki makna masyarakat yang mempunyai hajat atau keinginan melakukan selamatan dengan menyajikan wadai (kue, red) apam.
“Wadai tersebut disajikan dengan cara ditusuk pelepah kelapa sesuai tinggi orang yang berhajat,” ujarnya.
Sebelum prosesi batumbang apam dilaksanakan, masyarakat terlebih dulu bahu membahu untuk membersihkan lingkungan mesjid dan menyiapkan wadai apam sebagai syarat pelaksanaan tradisi tersebut.
Biasanya, tambahnya, batumbang apam juga dilakukan para orang tua kepada anaknya agar kelak menjadi orang yang gemar beribadah ke mesjid.
“Orang tua biasanya menginjakkan kaki sang anak di mimbar mesjid dari tangga terendah hingga tinggi dengan diiringi shalawat dan do’a,” tambahnya.
Penata tari mawaris budaya batumbang apam tersebut ada tiga orang, yakni Galuh Syifa, Galuh Sadella dan Nanang Azay serta pemusik dari Sanggar Ading Bastari Barikin. (fer)