BANJARMASIN (TABIRkota) – Perayaan Lebaran Ketupat 8 Syawal 1445 Hijriyah kali ini, tidak mempengaruhi omset penjualan urung atau wadah ketupat dari anyaman daun kelapa yang dijual para pedagang di Kampung Ketupat, Sungai Baru, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel).
Menurut salah seorang pedagang urung di Kampung Ketupat Banjarmasin, Halimah, omset penjualan wadah ketupat tersebut bisa dikatakan sama dengan hari biasa.
“Biasa saja (omset penjualan, red), tidak ada kenaikan signifikan sejak menjelang hingga perayaan Lebaran Ketupat kali ini,” ujarnya saat ditemui TABIRkota.com di Banjarmasin, Arba (17/4).
Stok barang yang dijual, katanya, juga tetap seperti hari biasa yaitu berkisar antara 200 hingga 350 buah urung ketupat.
“Kalau Idul Fitri kemaren, omset penjualan urung memang naik drastis dan hingga H-1, ribuan yang terjual,” katanya.
Tingginya permintaan urung saat menjelang Idul Fitri, tambahnya, menyebabkan harga wadah ketupat tersebut juga mengalami kenaikan.
“Naiknya tidak terlalu banyak juga, hanya kisaran Rp1 ribu dari harga biasa yang Rp5ribu menjadi Rp6 ribu perbuah,” tambahnya.
Meski saat Idul Fitri omset penjualan urung mengalami kenaikan dibanding hari biasa, namun diakui tidak seramai seperti tahun-tahun sebelumnya.
Idul Fitri tahun-tahun sebelumnya, satu orang bisa membeli urung hingga ratusan buah sedang kali ini, paling hanya membeli 20 hingga 30 buah saja.
Dilansir dari laman nu.or.id, Lebaran Ketupat adalah tradisimuslim di Indonesia yang dilaksanakan di bulan Syawal setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi Lebaran Ketupat ini dilaksanakan satu minggu atau tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri atau bertepatan dengan 8 Syawal. (ra)