BARABAI (TABIRKota) – Kejaksaan Negeri (Kejari) Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan (Kalsel) memburu tersangka kasus korupsi bibit pisang cavendish.
Kepala Seksi Pidana Khusus (Pidsus), Hendrik Fayol mengatakan, penetapan status Daftar Pencarian Orang (DPO) tersangka atas nama Eko Sunarko dilakukan pada Arba (12/11) lalu.
“Setelah dilakukan prosedur pemanggilan dan pencarian awal tidak membuahkan hasil, maka kami menerbitkan status DPO kepada Eko Sunarko,” katanya, di Barabai, Ibu Kota HST, Arba (19/11).
Menurutnya, penelusuran terhadap alamat Eko Sunarko juga telah dilakukan, namun tersangka tidak berada di tempat, dipanggil pun tak kunjung hadir tanpa alasan yang sah.
“Berdasarkan data kami, Eko Sunarko (49) lahir di Banyuwangi, Jawa Timur dan alamat terakhir tinggal di Desa Benoa, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali,” ujarnya.
Ciri-cirinya, tinggi badan 170 sentimeter, berkulit sawo matang, wajah oval, rambut hitam lurus dan memiliki ciri khsusu berjenggot serta kumis.
Hendrik Fayol menambahkan, perkara tersebut menjadi atensi Kejari HST dalam pemberantasan korupsi yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat.
“Kepada masyarakat, apabila mengetahui keberadaan Eko SUnarko agar memberikan informasi kepada kami, tenang saja pelapor akan kami rahasiakan,” tamnbahnya.
Sebelumnya, Kejari HST menetapkan dua tersangka kasus korupsi pengadaan bibit pisang cavendish, masing-masing TR dan ES.
TR telah ditahan selama 20 hari di Rutan Kelas IIB Barabai untuk kepentingan penyidikan, sedangkan Eko Sunarko masih dalam proses pemanggilan.
Kejari HST melakukan penyitaan terhadap 83 dokumen dan penyitaan barang bukti pada 6 Oktober lalu berupa urang sejumlah Rp407 juta.(fer)
