Angkat Potensi Kawasan Rawa, Pemkab HSU – BPK Wilayah XIII Kalselteng Gelar Seminar Basuluh Banua

“Selain aspek budaya, seminar juga menyoroti peluang ekonomi berbasis rawa, dimana HSU memiliki potensi besar dalam sektor pertanian, peternakan dan perikanan”

Seminar Basuluh Banua, upaya Pemkab HSU mengangkat potensi kawasan rawa (foto: TABIRkota/ist)

AMUNTAI (TABIRkota) — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Hulu Sungai Utara (HSU), Kalimantan Selatan (Kalsel) bersama Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XIII yang meliputi Kalsel dan Tengah, menggelar Seminar Basuluh Banua dalam upaya mengangkat potensi kawasan rawa dan kekayaan budaya setempat.

Seminar yang menghadirkan tiga nara sumber yang kompeten tersebut, dilaksanakan di Aula Idham Chalid, Amuntai, Sabtu (8/11).

Tiga nara sumber tersebut, masing-masing Documentary Filmaker sekaligus perancang program Si Bolang Trans 7, Anton Hendrawan, Tenaga Ahli Pengembangan Budaya, M Panji Kesumah dan Pegiat Gerakan Konservasi Alam, Ingaseus Kendal, mengulas tentang potensi besar kawasan rawa di HSU sebagai kekayaan ekologis, ekonomi dan budaya yang saling terhubung.

Dalam paparannya, Anton Hendrawan mengatakan, rawa bukan hanya ruang alam, tetapi juga sumber nilai dan identitas masyarakat Banua.

“Kawasan rawa di HSU menyimpan potensi luar biasa yang melahirkan tradisi, kreativitas dan cara hidup yang unik, yang harus dikenal dunia sebagai bagian penting dari kebudayaan Kalimantan,” katanya.

Salah satu warisan budaya yang menjadi perhatian adalah tradisi Kerbau Rawa atau Kalang Hadangan di wilayah Danau Panggang yang memperlihatkan hubungan harmonis antara manusia dan alam, di mana kerbau beradaptasi dengan lingkungan rawa serta menjadi bagian penting dari sistem ekonomi masyarakat setempat.

Selain aspek budaya, seminar juga menyoroti peluang ekonomi berbasis rawa, dimana HSU memiliki potensi besar dalam sektor pertanian, peternakan dan perikanan.

Tanaman seperti padi, kacang tanah dan kangkung cocok dikembangkan di lahan rawa, sementara kerbau rawa dan itik alabio telah lama menjadi komoditas unggulan daerah.

Integrasi antara pertanian dan peternakan menjadi peluang usaha tani terpadu yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Menurut Ignaseus Kendal, rawa dan budaya lokal juga menyimpan potensi pariwisata yang besar.

“Dengan pendekatan ekowisata, kawasan rawa dapat menjadi destinasi edukatif sekaligus ekonomi bagi masyarakat,” ujarnya.

Ekosistem rawa dan kearifan masyarakatnya, bisa menjadi contoh nyata bagaimana alam dan budaya berjalan beriringan.

M Panji Kesumah menambahkan, penting untuk menggali nilai sejarah yang ada di Situs Candi Agung Amuntai, yang diyakini menyimpan jejak penting peradaban di Kalimantan.

“Candi Agung bukan hanya situs arkeologi, tetapi pusat kebudayaan yang bisa menjadi inspirasi penelitian dan wisata sejarah,” tambahnya.

Pada kegiatan Seminar Basuluh Banua tersebut, para pembicara dan peserta sepakat bahwa pelestarian budaya harus berjalan seiring dengan pengembangan ekonomi rakyat.

HSU dinilai memiliki modal sosial dan ekologis besar untuk menjadi contoh daerah yang mampu menjaga kearifan lokal, sekaligus melangkah menuju masa depan yang berkelanjutan.

Semangat Basuluh Banua adalah menyalakan cahaya pengetahuan dan kesadaran dari Banua untuk dunia. (rls/ra)

TABIRkota

Dari Banua Untuk Dunia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Pimpin Upacara Hari Pahlawan 2025, Bupati HSS Ajak Teladani Tiga Nilai Utama Perjuangan

Sen Nov 10 , 2025
"Semangat perjuangan kini harus diwujudkan dalam bentuk yang berbeda yakni melalui ilmu pengetahuan, empati dan pengabdian tulus"

You May Like

TABIRklip