BANJARMASIN (TABIRkota) – Kondisi perekonomian di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) hingga Juni 2024 masih melanjutkan tren positif berkat aktivitas dan mobilitas masyarakat yang terus meningkat.
Menurut Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Perbendarahaan (DJPb) Kalsel, Syafriadi, pemicu tumbuhnya perekonomian ditandai adanya masa libur sekolah dan persiapan penerimaan siswa baru serta pencairan gaji ke-13.
“Indikator-indikator yang menunjukkan tumbuhnya perekonomian positif tersebut yaitu dari Triwulan I 2024 Kalsel sebesar 4,96 persen sedikit di bawah nasional yang mencapai 5,11 persen,” ujarnya di Banjarmasin, Jum’at (2/7).
Tingkat inflasi pada Juni 2024 masih terkendali dan tercatat deflasi sebesar 0,32 persen (mtm) atau mengalami inflasi sebesar 2,34 persen (yoy), lebih rendah dari rata-rata nasional yang mencapai 2,51 persen (yoy).
Sementara itu tingkat inflasi tertinggi pada Kabupaten Hulu Sungai Tengah yaitu sebesar 3,53 persen (yoy).
Penyumbang inflasi di Kalsel, antara lain perhiasan, emas, daging ayam ras, tarif parkir dan ikan haruan (gabus).
Syafriadi mengatakan, neraca perdagangan kembali mengalami surplus pada Juni sebesar US$890,04 juta, namun turun jika dibandingkan Mei 2023 sebesar 12,29 persen yang dipicu turunnya nilai ekspor akibat harga batu bara yang terkontraksi dari 2023.
“Kinerja APBN dari sisi pendapatan sampai dengan Juni telah terealisasi sebesar Rp9,93 triliun atau 42,95 persen dari target yang jika dibandingkan pada periode yang sama di 2023, kinerja pendapatan APBN terkontraksi 22,96 persen,” katanya.
Walaupun secara total penerimaan negara mengalami kontraksi, disisi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menunjukkan angka pertumbuhan positif yaitu 10,11 persen dengan realisasi sebesar Rp908,54 Miliar.
Dari sisi belanja negara, tambahnya, realisasi total sebesar Rp17,43 Triliun atau 45,37 persen dari pagu sebesar Rp38,42 triliun yang meningkat 24,93 persen dibandingkan tahun lalu, terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat (BPP) sebesar Rp4,27 triliun dan Transfer ke Daerah (TKD) sebesar Rp13,17 Triliun.
“Penjelasan lebih rinci untuk pendapatan negara yaitu Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri mencapai Rp8,87 Triliun atau 41,34 persen dari target, terkontraksi sebesar 24,32 persen (yoy), lalu kontribusi terbesar berasal dari Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp5,49 Triliun, kemudian PPN memberikan kontribusi sebesar Rp3,11 Triliun.” tambahnya.
Tiga sektor yang memberikan kontribusi penerimaan perpajakan terbesar berasal dari sektor pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sebesar 33,8 persen, kemudian sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 18,5 persen serta pengangkutan dan pergudangan sebesar 16,4 persen.
Secara kumulatif, mayoritas sektor utama masih tumbuh positif sampai dengan Juni 2024, kecuali Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Perdagangan Besar, Sektor Sektor Pertanian dan Sektor Konstruksi yang mengalami kontraksi. (zr)