BANJARBARU (TABIRkota) – Persentase penduduk miskin di Kalimantan Selatan (Kalsel) hingga per Maret 2024 lalu, tercatat mengalami penurunan sebesar 0,18 persen dibandingkan periode Maret 2023 lalu.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel, Martin Wibisono, pada per Maret 2024, jumlah penduduk miskin mencapai 183,31 ribu orang.
“Jumlah tersebut berkurang sebanyak 5,6 ribu orang jika dibandingkan dengan per Maret 2023 lalu,” ujarnya di Banjarbaru, ibu kota Kalsel, Selasa (2/7).
Garis Kemiskinan (GK) merupakan suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan bukan makanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan miskin.
Sedangkan penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah GK.
Martin Wibisono mengatakan, di Kalsel pada per Maret 2024 tercatat GK sebesar Rp632,7 ribu per kapita per bulan.
“Dibandingkan Maret 2023, angka GK di Kalsel naik sebesar 4,71 persen,” katanya.
Komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK Maret 2024 pada umumnya di Kalsel, hampir sama, baik di perkotaan maupun di perdesaan.
Beras masih memberi sumbangan terbesar yakni20,06 persen di perkotaan dan 24,85 persen di perdesaan, rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua yaitu sebesar 12,65 persen di perkotaan dan 13,56 persen di perdesaan.
Sementara itu, komoditi lainnya adalah telur ayam ras sebesar 4,56 persen di perkotaan dan 3,69 persen di perdesaan serta daging ayam ras sebesar 4,14 persen di perkotaan dan gula pasir sebesar 3,43 persen di perdesaan.
Martin Wibisono menambahkan, komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar baik pada GK perkotaan dan perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, perlengkapan mandi, air, sabun cuci dan lainnya.
“GK per rumah tangga adalah gambaran besarnya nilai rata-rata rupiah minimum yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya agar tidak dikategorikan miskin,” tambahnya.
Secara rata-rata, garis kemiskinan per rumah tangga pada Maret 2024 adalah sebesar Rp2,9 juta per bulan, turun sebesar 6,14 persen dibanding kondisi Maret 2023 yang sebesar Rp3,1 juta per bulan. (ra)